Melihat Titik Temu Migrasi “Ompu Jorang Raja Sinaga” Dengan “Pomparan Ompu Jorang Raja Sinaga”
(Bagian I)
(Penulis : Wilfrid Baldwin Sinaga SH—Pemred galasibot.co.id)
I. Pendahuluan
“Tano Urat Namartua (Tempat Suci) Pusuk Buhit asal Mulani Hajolmaon di Halak Batak, Huta Urat Bona Pasogit asal mulani Margani Sinaga, Girsang Sipangan Bolon Simalungun Bona Ni Pinasa Ni Marga Sinaga”
Kisah secara turun temurun bagi Marga Sinaga meyakini bahwa Namartua, Nabadia (Tempat Suci) Gunung Pusuk Buhit merupakan Tano Urat (Asal Mula) Peradaban Kehidupan Bagi orang Batak. Urat merupakan Bonani Pasogit Tempat asal mula bagi Marga Sinaga.
Silsilah/Tarombo Sinaga yang disadur dan dihimpun dari Catatan Silsilah Tarombo yang disimpan oleh Generasi Keluarga Marga Sinaga dengan menyadur dari dokumen dan penjelasan Generasi Keturunan Marga Sinaga terdiri :
I. Siraja Batak Memperanakkan 1.Guru Tataea Bulan, 2.Raja Sumbaon.
II. Guru Tatea Bulan Memperanakkan 1.Raja Uti (Raja Miok – Miok), 2. Saribu Raja, 3. Limbong Maulana, 4. Sagala Raja, 5. Malau Raja, 6. Siboru Pareme (Perempuan), 7. Siboru Paromas (Perempuan), 8. Siboru Biding Laut (Perempuan), 9. Siboru Nantinjo (Perempuan)
III. Saribu Raja mememiliki istri Siboru Pareme, Saribu Raja juga memiliki Istri Boru Maringir Laut. Saribu Raja Memiliki Keturunan dua (2) Orang; yaitu:1. Raja Lontung dan 2. Raja Bonor.
IV. Raja Lontung menikah dengan Siboru Pareme, Siraja Lontung memiliki 9 Orang Keturunan terdiri dari;
1.Sinaga,
2.Situmorang,
3.Pandiangan,
4.Naingolan
5.Simatupang,
6.Aritonang,
7.Siregar,
8.Simamora (Hela),
9.Sihombing (Hela).
Keturunan Raja Lontung degan istrinya Siboru Pareme disebut dengan istilah “Lontung Si Sia Sada Ina” (Sembilan kakak beradik lahir dari satu ibu). Anak Sulung Raja Lontung adalah Sinaga.
V. Sinaga kemudian menikah dengan boru Malau. Sinaga dikarunia 3 (Tiga) orang Keturunan yaitu:
1. Raja Bonor Sinaga
2. Raja Ompu Ratus Sinaga
3. Raja Hasagian (Uruk) Sinaga.
Berdasarkan Silsilah Tarombo Marga Sinaga bahwa Sinaga Bonor juga memiliki 3 (Tiga) Orang anak masing masing,
1. Raja Pande Sinaga
2. Raja Tiang Nitonga Sinaga
3. Raja Suhutni Huta Sinaga
Demikian juga anak kedua Ompu Ratus Sinaga memiliki anak 3 (tiga) masing masing,
1. Raja Ratus Nagodang Sinaga
2. Raja Sitinggi Sinaga
3. Raja Siongko Sinaga
Selanjutnya Raja Hasagian/Uruk Sinaga memiliki 3 orang anak masing-masing,
1. Raja Guru Hatautan Sinaga
2. Barita Raja Sinaga
3. Raja Datuhurung
Dari Silsilah tersebut dikenal istilah “ Si Tolu Ompu si Sia Ama” (3 Ompu /Kakek) dan 9 Bapak). Istilah Sitolu Ompu si Sia Ama diamanatkan sebagai sesama saudara dari garis keturunan darah dari Toga Sinaga.
Toga Sinaga menyiratkan makna bahwa Keturunan (Pinompar) Si Tolu Ompu Si Sia Ama merupakan satu garis keturunan yang diikat tali persaudaraan darah. Dan Konsekwensinya adalah selalu saling mengasihi, tolong menolong dan memperlakukan satu dengan lain secara adil.
Dari situ muncullah filosofi, “Parhatian Sibola Timbang, Parninggala Sibola Tali, Mangakat Rap Tu Ginjang, Manimbung Rap Tu Toru, Sisada Lulu Anak Sisada Lulu Boru”.
Filosofi itu kemudian dibakukan menjadi Lambang Parsadaan Pomparan Toga Sinaga PPTSB dengan Lambang Katian (Timbangan).
Dengan menganut filosofi tersebut maka dalam perjalanaan kehidupan generasi Toga Toga Sinaga selalu melekatkan “Sinaga” pada di belakang namanya. Dan tidak ada menggunakan nama berdasarkan ompu (Bonor,Ompu Ratus dan Uruk)
Jauh jauh hari tali komunikasi itu dijaga dan dirawat keturuan Toga Sinaga yang sudah membuat Perkumpulan /Organisasi yang dikenal dengan Parsadaan Pomparan Toga Sinaga Dohot Boru (PPTSB) pada tahun 1940. Dan organisasi itu terus menerus melakukan pembenahan dan perkembangan sehingga pada tahun 2021 secara resmi PPTSB terdaftar sebagai Organisasi Kemasyarakatan dan terdaftar di Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia (Kemenkumham RI) sebagai organisasi yang berbadan hukum.
PPTSB terus mengalami perkembangan karena semua Keturunan dari Toga Sinaga menganggap bahwa PPTSB adalah Sopo (Tempat Berteduh) dan Rumah Parsaktian (Rumah berkumpul) bagi seluruh keturunan Toga Sinaga yang dikenal dengan Sebutan “Si Tolu Ompu Si Sia Ama”.
Dalam perkembangannya ada keturunan Toga Sinaga menggunakan Nama Ompu di belakang namannya sehingga mengaburkan cara pandang untuk melihat garis silsilah pada Toga Sinaga.
Hal itu dialami oleh Keturunan Raja Hasagian/Uruk- Datu Hurung. Dimana Datu Hurung memiliki anak 5 orang masing masing Ginjang Namora, Datu Upar, Datu Jongar, Totni Gajah dan Janji Maraja.
Keturunan Raja Uruk Sinaga yang memperanakkan:
1. Raja Hatautan Sinaga
2. Barita Raja Sinaga
3. Raja Datu Hurung Sinaga.
Kemudian Raja Datu Hurung Sinaga /Boru Tamba memperanakkan:
1. Ginjang Namora Sinaga
2. Datu Upar Sinaga
3. Datu Jogar Sinaga
4. Totni Gajah Sinaga
5. Janji Maraja Sinaga.
Ompu Datu Upar /Boru Situmorang Lumbannahor memperanakkan:
1. Ompu Jorang Raja Sinaga
2. Ompu Babiat Sosunggulon Sinaga
3. Ompu Jogit Mangaraja Sinaga.
Ompu Jorang Raja Sinaga memperanakkan:
1. Simanjorang Sinaga
2. Simaibang Sinaga
3. Simandalahi Sinaga.
Keturunan Ompu Jorang Raja Sinaga inilah yang menimbulkan polemik di sebagian Keturunan dari Toga Sinaga karena karena Keturunan Ompu Jorang Raja Sinaga mengalami “garis putus putus” (missing link) untuk melihat dan menghubungkan tarombonya hingga ke Ompu Jorang Raja Sinaga.
Dominasi dari oknum keturunan Toga Sinaga yang mengklaim bahwa kebenaran dari informasi tarombo yang dimilikinya adalah kebenaran mutlak menjadi salah satu faktor polemik.
Hal itu terlihat dari Informasi tarombo Sinaga yang dibangun di Girsang. Satu garis keturunan dari Bonor Sinaga yaitu Bonor Suhut Nihuta Sinaga dengan penuh percaya diri mengklaim bahwa Simanjorang, Simandalahi dan Simaibang adalah adik dari Sidaloggan dan Sidasuhut.
Klaim itu pula yang menimbulkan polemik yang berkepanjangan karena Keturunan Simanjorang, Simandalahi dan Simaibang yang tinggal di tempat lain secara khusus di Hasinggaan Samosir, Sikodonkodon Karo merasa bahwa mereka berasal dari Garis Keturunan Raja Hasagian/Uruk Sinaga.
Ketua Departemen Adat dan Budaya PPTSB Pusat, Jawali Sinaga melihat ini ibarat seekor “agas” yang sewaktu waktu bisa menimbulkan ketidaknyamanan. Dan solusinya harus dicari “Disinfektan” sehingga ketidaknyamana itu bisa diretas.
Hal yang berbeda pernah disampaikan Dr AB Sinaga OFMCap bahwa perbedaan cara pandang terhadap tarombo itu adalah satu kekayaan dari Marga Sinaga. Bahkan terhadap Keturunan Ompu Jorang Raja Sinaga (Simanjorang,Simandalahi dan Simaibang) patut diajungkan jempol terhadap “heroisme” dari keturunannya (pomparannya) membuka kampung ke seluruh penjuru kawasan Danau Toba dan bahkan seluruh penjuru Dunia.
Dan di lain pihak hal itu juga dianggap sebagai “ potensi” dimana bila dilihat secara jelas penggunaan nama itu menjadi “”marga”” adalah untuk menunjukan kemampuan di dalam membuka wilayah baru sebagai parhutaan (Perkampungan). Terbukti dengan penggunaan nama itu Keturunana Toga Sinaga bisa membuka perkampungan hingga seratusan kampung di luar Bona Pasogit (Urat) dan disebut sebagai Bona Nipinasa (tempat untuk hidup dan berketurunan).
Untuk meretas polemik itu bisa dilihat dari Huta tempat kelahiran Ompu Jorang Raja Sinaga di Siduan Datu Urat Samosir. “”Migrasi”” yang dilakukan Ompu Jorang Raja Sinaga yang tidak pernah pulang ke Bona Pasogitnya (Urat-Siduan Datu) membuat mis’informasi (missing link) bagi keturunannya (Simanjorang,Simaibang dan Simandalahi).
Hal inilah yang menjadi sumber ketidaknyamanan Pomparan Ompu Jorang Raja Sinaga bahkan menjadi polemik yang berkepanjangan.
Yang menjadi ironi adalah ada yang mengklaim kebenaran mutlak terhadap sebuah “tarombo” yang dibuat sehingga membuat keturunan Sinaga menjadi mengikuti yang pada akhirnya terjadi ketidaknayaman bagi sesama “namarhahamarangg”(Kakak Beradik). Bahkan yang lebih mengkhawatrkan bagi PPTSB dengan munculnya perkumpulan baru yang mengkhususkan diri pada keturunan Simanjorang, Simandalahi, Simaibang dengan nama “PPJR”.
Polemik yang berkepanjangan itulah yang membuat pemikiran kepada PPTSB Pusat dengan mengutus Departemen Adat dan Budaya PPTSB untuk mendampingi Keturunan Ompu Jorang Raja Sinaga yaitu Simanjorang Sinaga, Simaibang Sinaga dan Simandalahi Sinaga untuk melakukan “Penelusuran Jejak Migrasi Ompu Jorang Raja Sinaga” yang bertujuan untuk melihat “Titik Temu” Garis Keturunan Pomparan Ompu Jorang Raja Sinaga dari Keturunan Sinaga-Raja Uruk Sinaga-Datuhurung Sinaga-Datu Upar Sinaga.
Filosifi yang dibawa dalam Napak Tilas itu adalah “ PARHATIAN SIBOLA TIMBANG, PARNINGGALA SIBOLA TALI, MANGAKAT RAP TU GINJANG, MANIMBUNG RAP TU TORU, SISADA LULU ANAK, SISADA LULU BORU”.
II. PERMASALAHAN.Garis Tarombo yang menyebut Keturunan Simanjorang Sinaga, Simaibang Sinaga dan Simandalahi Sinaga dari Keturunan dari Uruk Sinaga dan ada yang menyebut dari Keturunan Suhut ni Huta Sinaga telah melahirkan “hiding polemk”. Serta keputusasaan karena tidak kunjung melihat kepastian asal usul keturunan dari mana dan dipersemu dengan adanya oknum oknum yang memaksakan tarombo yang dimilikinya adalah sebuah kebenaran mutlak. Seperti klaim dari Sidasuhut Sinaga yang mengklaim bahwa Simanjorang Sinaga, Simandalahi Sinaga, dan Simaibang Sinaga merupakan keturunan dari Suhut Maraja Sinaga.Bahkan di lain pihak Keturunan Op Jorang Raja Sinaga menyebut dirinya merupakan keturunan dari Op Barita Raja (Uruk). Polemik itu membuat sebagian keturunan Simanjorang Sinaga,Simandalahi Sinaga, Simaibang Sinaga memilih untuk membuat perkumpulan sendiri yaitu PPJR Se-Indonesia.
Ketidaknyamanan yang menimbulkan keprihatinan bagi namarhahamarangi keturunan Toga Sinaga yang selalu memegang Prinsip Parsaadaan (Kesatuan dalam Bingkai PPTSB) maka Departemen Sejarah Tarombo Seni dan Budaya PPTSB Pusat melakukan pendampingan kepada Pomparan Simanjorang Sinaga, Simaibang Sinaga dan Simandalahi Sinaga melakukan langkah langkah untuk mencari penyegar (refresener) dan disinfektan serta gambaran dari kebesaran Op Jorang Raja Sinaga. Sehingga akan terbangun harmonisasai Pomparan Toga Sinaga dalam bingkai PPTSB.
III. HIPOTESA
Dari Permasalahan yang muncul penulis membuat hipotesa bahwa Simanjorang Sinaga, Simandalahi Sinaga dan Simaibang Sinaga adalah keturunan Ompu Jorang Raja Sinaga- Ompu Jorang Raja Sinaga Keturunan dari Datu Upar Sinaga-Datu Upar Sinaga Keturunan dari Datu Hurung Sinaga-Datu Hurung Sinaga keturunan dari Raja Uruk (Raja Hasagian) Sinaga-Raja Uruk (Raja Sagiulubalang) Sinaga keturunan dari Sinaga (Toga Sinaga).
Tempat Kelahiran Ompu Jorang Raja Sinaga adalah Huta Siduan Datu Desa Urat Kabupaten Samosir.
Tempat Migrasi (Pamoparan) Ompu Jorang Raja Sinaga diawali dari Ajibata-Girsang. Sampai di Muara Sungai Naborsahan Ajibata Kabupaten Toba dan Berdoa dan memulai perkampungan di Dolok Namartua Sirikki Kabupaten Simalungun.
Tempat Makam Ompu Jorang Raja Sinaga kemungkinan besar di Girsang Kabupaten Simalungun. Kemungkinan di Liang Batu Sitahoan Kabupaten Simalungun.
Ompu Simanjorang membuka perkampungan di Huta Simanjorang Girsang, Ompu Simandalahi membuka Kampung di Huta Simandalahi Girsang, Ompu Simaibang membuka kampug di Huta Simaibang di Sipanganbolon.
IV. LANDASAN TEORI
V. METODE PENULISAN
Metode penulisan Napak Tilas 2022 Penelusuran Jejak Migrasi Ompu Jorang Raja Sinaga adalah dengan menggunakan teori sejarah agar tak terjadi ketidakterkaitan antar kejadian dalam suatu sejarah serta memastikan sejarah yang ditulis memiliki keterkaitan (berpengaruh) hingga saat ini.
Dengan menggunakan metode sejarah ada 4 Tahapan penulisan yang dilakukan yaitu:
1. Heuristik
Heuristik adalah proses pengumpulan informasi atau pengumpulan sumber untuk penelitian sejarah yang dilakukan. Berdasarakan sumbernya, sumber sejarah terbagi menjadi, Sumber Primer dan Sumber Sekunder. Sumber primer adalah proses pengumulan informasi secara langsung tanpa perantara seperti wawancara kepada saksi mata peristiwa sejarah, prasasti, naskah kuno dan lain lain sedangkan Sumber Sekunder adalah proses pengumulan informasi secara tidak langsung melalui media kabar, buku, jurnal atau majalah.
2. Verifikasi atau Kritik Sumber
Setelah pengumpulan sumber sejarah selesai, sumber sejarah tersebut akan memasuki tahapan verifikasi atau kritik sumber. Sumber sejarah yang sudah terkumpulkan itu akan diuji dari segi keaslian dan kredibilitasnya. Ada dua macam kritik yang dilakukan. Pertama kritik eksternal, yaitu kritik terhadap keaslian sumber meliputi aspek bahan pembuat sumber, pembuktian keaslian, dan waktu atau penanggalan. Lalu yang kedua adalah kritik internal, yaitu kritik terhadap kredibilitas dengan menguji sumber baik secara benda, tulisan ataupun lisan. Contohnya dengan melakukan cek silang antara informan satu dengan informan yang lain.
3. Interpretasi
Interpretasi adalah tahapan yang dilakukan untuk menganalisis dan mencoba untuk membandingkan fakta yang satunya dengan fakta yang lainnyasehingga fakta-fakta yang ada dapat dijadikan kesatuan yang masuk akal.
4. Historiografi
Historiografi adalah proses penulisan sejarah berdasarkan sumber sumber yang telah ditemukan, dinilai, diseleksi dan dikritisi. Dalam menuliskan sejarah, penulis harus memperhatikan kaidah penulisan seperti tanda baca, bahasan dan format penulisan, penggunakan istilah serta rujukan sumber sejarahnyaa.(Tulisan merupakan rangkuman Buku Berjudul “Melihat Titik Temu Migrasi “Ompu Jorang Raja Sinaga” Dengan “Pomparan Ompu Jorang Raja Sinaga” dan akan diterbitkan di Media Online galasibot.co.id bersambung….)