Dalam sidang megah ke-209 Dewan Eksekutif UNESCO di Paris, Perancis, pada 7 Juli 2020, Indonesia meraih pencapaian luar biasa dengan pengakuan Desa Silahisabungan sebagai Geosite Kaldera Toba oleh UNESCO Global Geoparks. Namun, dibalik kejayaan ini, masih ada tantangan besar yang harus dihadapi oleh Desa Silahisabungan dan kawasan Geopark Kaldera Toba secara keseluruhan.
Rekomendasi UNESCO terhadap pengelolaan Geopark Kaldera Toba menjadi kunci utama dalam memastikan pelestarian dan pengelolaan yang berkelanjutan terhadap warisan alam yang luar biasa ini. Pengembangan rencana manajemen geopark yang komprehensif, pengelolaan pariwisata berkelanjutan, pelestarian warisan alam dan budaya, serta pendidikan dan kesadaran masyarakat menjadi fokus utama dalam menjaga kelestarian kawasan ini.
Potensi alam yang megah di kawasan geosite Silahisabungan, dengan hamparan batu-batu besar sebagai saksi bisu letusan gunung Toba, serta panorama alam yang memukau dengan Danau Toba sebagai latar belakang, masih belum sepenuhnya tersentuh. Situs-situs rumah adat yang menjadi peninggalan nenek moyang pun tampaknya terlupakan dan hampir mengalami kepunahan.
Kunjungan ke Desa Silahisabungan menjadi panggilan yang mendesak untuk melindungi dan merawat warisan alam yang begitu berharga ini. Pelestarian bukanlah sekadar tanggung jawab pemerintah, namun menjadi tugas bersama bagi semua pihak yang peduli akan keberlangsungan dan keindahan alam.
Desa Silahisabungan membutuhkan lebih dari sekadar pengakuan. Ia membutuhkan cinta, perhatian, dan tindakan nyata dari semua pihak. Kita semua memiliki peran penting dalam menjaga kelestarian dan keberlanjutan warisan alam yang diberikan oleh alam kepada kita.
Desa Silahisabungan adalah bukti nyata bahwa keindahan alam Indonesia bukan hanya cerita masa lalu, tetapi juga warisan untuk masa depan yang harus dijaga dengan penuh kasih sayang dan kepedulian. Mari bersama-sama menjaga kebesaran alam Indonesia untuk generasi mendatang.(*)
Penulis berita : Wilfrid Sinaga