• Beranda
  • Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
  • Kode Etik
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami
GALASIBOT.CO.ID
  • Beranda
  • News
  • Hukum
  • Olahraga
  • Budaya
  • Ekonomi
  • Opini
  • Pendidikan
  • Politik
  • Ragam
  • Sumut
  • Video
Tidak ada
Tampilkan semua
  • Beranda
  • News
  • Hukum
  • Olahraga
  • Budaya
  • Ekonomi
  • Opini
  • Pendidikan
  • Politik
  • Ragam
  • Sumut
  • Video
Tidak ada
Tampilkan semua
GALASIBOT.CO.ID
Tidak ada
Tampilkan semua
  • Beranda
  • News
  • Hukum
  • Olahraga
  • Budaya
  • Ekonomi
  • Opini
  • Pendidikan
  • Politik
  • Ragam
  • Sumut
  • Video
Home Budaya

Pollong: Kuliner Tradisional Masyarakat Pakpak Dairi yang Kaya Rasa dan Budaya

Redaksi
8 Juni 2024
/ Budaya
0 0
0
Pollong: Kuliner Tradisional Masyarakat Pakpak Dairi yang Kaya Rasa dan Budaya
Share on FacebookShare on Twitter

 

Masyarakat Pakpak Dairi, Sumatera Utara, memiliki kekayaan budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk dalam kuliner. Salah satu makanan tradisional yang menjadi kebanggaan mereka adalah Pollong/pelleng. Makanan ini tidak hanya lezat tetapi juga sarat dengan nilai-nilai budaya dan sejarah.

Baca Juga

Bupati Simalungun Hadiri Grand Final Putri Otonomi Indonesia 2025, Soroti Potensi Danau Toba

Gelar Melayu Serumpun ke-8 Sukses Bikin Meriah Medan, Penampilan India hingga Kuliner Tradisional Bikin Terpukau!

Delegasi Mancanegara Bangga Tampil di Gemes ke-8, Medan Dinilai Sebagai Kota Pelestari Budaya Melayu

Asal Usul Pollong

Pollong adalah makanan tradisional yang berasal dari suku Pakpak, salah satu suku Batak yang mendiami daerah Dairi di Sumatera Utara. Dalam bahasa Pakpak, “pollong” berarti ‘campuran’ atau ‘gabungan’, yang mengacu pada proses pembuatan makanan ini yang melibatkan berbagai bahan yang diolah menjadi satu hidangan. Pollong biasanya dibuat pada acara-acara khusus dan perayaan, menjadikannya simbol kebersamaan dan kekayaan budaya masyarakat Pakpak.

Bahan dan Proses Pembuatan

Pollong terbuat dari berbagai bahan alami yang mudah didapat sebagai kekayaan alam. Bahan utama dari pollong adalah beras atau ketan yang dicampur dengan berbagai rempah-rempah lokal, seperti bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, daun salam, dan serai. Daging,daging ayam, juga sering ditambahkan untuk memberikan cita rasa yang lebih kaya dan pengolahannnya dengan masakan tradisional batak dan diolah mirip dengan masakan gulai atau kari.

Proses pembuatan pollong dimulai dengan memasak beras atau ketan bersama dengan santan kelapa hingga matang. Sementara itu, daging yang telah dipotong kecil-kecil ditumis bersama rempah-rempah hingga harum dan matang. Setelah itu, semua bahan dicampur menjadi satu dan dimasak kembali hingga semua bumbu meresap sempurna. Hasilnya adalah hidangan yang memiliki tekstur lembut dengan rasa gurih dan aroma rempah yang khas.

Nilai Budaya dan Tradisi

Pollong bukan sekadar makanan; ia memiliki nilai budaya yang mendalam bagi masyarakat Pakpak. Makanan ini sering dihidangkan dalam upacara adat, pernikahan, dan berbagai perayaan lainnya. Pollong juga menjadi simbol kerukunan dan kerja sama dalam masyarakat, karena proses pembuatannya yang sering melibatkan banyak orang.

Pada saat perayaan, pembuatan pollong biasanya dilakukan secara gotong royong oleh warga desa. Ini bukan hanya tentang memasak, tetapi juga tentang mempererat hubungan sosial dan memperkuat ikatan kebersamaan. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai solidaritas dan kebersamaan yang tinggi dalam masyarakat Pakpak.

Melestarikan Warisan Kuliner

Seiring dengan perkembangan zaman dan pengaruh budaya modern, keberadaan makanan tradisional seperti pollong menghadapi tantangan untuk tetap eksis. Namun, masyarakat Pakpak Dairi terus berupaya melestarikan warisan kuliner ini melalui berbagai cara, termasuk memperkenalkannya kepada generasi muda dan mempromosikannya kepada wisatawan yang berkunjung ke daerah mereka.

Beberapa upaya telah dilakukan, seperti mengadakan festival kuliner, lomba memasak makanan tradisional, dan memasukkan pollong dalam menu restoran lokal. Dengan cara ini, diharapkan pollong dapat terus dinikmati dan dikenal luas, bukan hanya oleh masyarakat Pakpak sendiri tetapi juga oleh masyarakat luar.

Penutup

Pollong adalah salah satu contoh nyata bagaimana kuliner dapat menjadi jembatan yang menghubungkan kita dengan sejarah dan budaya leluhur. Melalui setiap suapannya, kita tidak hanya menikmati cita rasa yang lezat tetapi juga merasakan kekayaan budaya dan tradisi masyarakat Pakpak Dairi. Melestarikan makanan tradisional seperti pollong berarti juga menjaga warisan budaya yang berharga bagi generasi mendatang.(*)

Penulis : Wilfrid Sinaga

 

Tags: Dairimasakan tradisionalpellengpollong
SendShareTweet
Kembali

Desa Silahisabungan, Geosite yang Terlupakan: Panggilan untuk Pelestarian Warisan Alam Geopark Kaldera Toba

Lanjut

Jagung Hibrida dan Kopi Menjadi Komoditas Pertanian Unggulan Paling Banyak Diusahakan di Dairi

Baca Juga

Bupati Simalungun Hadiri Grand Final Putri Otonomi Indonesia 2025, Soroti Potensi Danau Toba
Budaya

Bupati Simalungun Hadiri Grand Final Putri Otonomi Indonesia 2025, Soroti Potensi Danau Toba

31 Mei 2025
Gelar Melayu Serumpun ke-8 Sukses Bikin Meriah Medan, Penampilan India hingga Kuliner Tradisional Bikin Terpukau!
Budaya

Gelar Melayu Serumpun ke-8 Sukses Bikin Meriah Medan, Penampilan India hingga Kuliner Tradisional Bikin Terpukau!

24 Mei 2025
Delegasi Mancanegara Bangga Tampil di Gemes ke-8, Medan Dinilai Sebagai Kota Pelestari Budaya Melayu
Budaya

Delegasi Mancanegara Bangga Tampil di Gemes ke-8, Medan Dinilai Sebagai Kota Pelestari Budaya Melayu

24 Mei 2025
Lintas Perjanjian Kerja Sama Bela Negara Humanis di Sumut: FKBNI, LLDikti-1, dan BNN Perkuat Sinergi Merujuk Asta Cita Nasional
Budaya

Lintas Perjanjian Kerja Sama Bela Negara Humanis di Sumut: FKBNI, LLDikti-1, dan BNN Perkuat Sinergi Merujuk Asta Cita Nasional

17 Mei 2025
Wali Kota Medan dan Istri Tampil Memukau dengan Pakaian Adat Toba di Karnaval Budaya APEKSI Surabaya
Budaya

Wali Kota Medan dan Istri Tampil Memukau dengan Pakaian Adat Toba di Karnaval Budaya APEKSI Surabaya

10 Mei 2025
Kenakan Songket Medan, Rico Waas dan Ketua TP PKK Tampil Kompak di Gala Dinner Munas VII APEKSI Surabaya
Budaya

Kenakan Songket Medan, Rico Waas dan Ketua TP PKK Tampil Kompak di Gala Dinner Munas VII APEKSI Surabaya

10 Mei 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

POPULER

  • Melihat Titik Temu Migrasi “Ompu Jorang Raja Sinaga” Dengan “Pomparan Ompu Jorang Raja Sinaga”

    Melihat Titik Temu Migrasi “Ompu Jorang Raja Sinaga” Dengan “Pomparan Ompu Jorang Raja Sinaga”

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • L2DIKTI Sumut dan PTS Dukung Penguatan Bela Negara Lewat Simposium di Medan

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • FILOSOFI GERAKAN TANGAN DALAM TARI TORTOR KEBUDAYAAN BATAK TOBA

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Mengenal Koperasi Desa Merah Putih: Peran, Keuntungan, dan Dampaknya terhadap Perekonomian Lokal

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Kemudahan Pengurusan KTP dan KK di Mall Pelayanan Publik Kota Medan, Tanpa Perlu ke Dinas Dukcapil

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • Prof. Dr. Jon Piter Sinaga Paparkan Hakikat Simposium Nasional Bela Negara Humanis 2025 sebagai Jawaban atas Krisis Multidimensi Bangsa

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
  • PPPT Siapkan Program Kerja Strategis untuk Percepatan Pembentukan Provinsi Tapanuli: Menyongsong Periode 22 Maret – 31 Mei 2025

    0 shares
    Share 0 Tweet 0
GALASIBOT.CO.ID

© 2015 GALASIBOT.CO.ID

Navigate Site

  • Beranda
  • Redaksi
  • Kebijakan Privasi
  • Disclaimer
  • Kode Etik
  • Pedoman Media Siber
  • Tentang Kami

Follow Us

Tidak ada
Tampilkan semua
  • Beranda
  • News
  • Hukum
  • Olahraga
  • Budaya
  • Ekonomi
  • Opini
  • Pendidikan
  • Politik
  • Ragam
  • Sumut
  • Video

© 2015 GALASIBOT.CO.ID

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In