Masyarakat Pakpak Dairi, Sumatera Utara, memiliki kekayaan budaya yang tercermin dalam berbagai aspek kehidupan mereka, termasuk dalam kuliner. Salah satu makanan tradisional yang menjadi kebanggaan mereka adalah Pollong/pelleng. Makanan ini tidak hanya lezat tetapi juga sarat dengan nilai-nilai budaya dan sejarah.
Asal Usul Pollong
Pollong adalah makanan tradisional yang berasal dari suku Pakpak, salah satu suku Batak yang mendiami daerah Dairi di Sumatera Utara. Dalam bahasa Pakpak, “pollong” berarti ‘campuran’ atau ‘gabungan’, yang mengacu pada proses pembuatan makanan ini yang melibatkan berbagai bahan yang diolah menjadi satu hidangan. Pollong biasanya dibuat pada acara-acara khusus dan perayaan, menjadikannya simbol kebersamaan dan kekayaan budaya masyarakat Pakpak.
Bahan dan Proses Pembuatan
Pollong terbuat dari berbagai bahan alami yang mudah didapat sebagai kekayaan alam. Bahan utama dari pollong adalah beras atau ketan yang dicampur dengan berbagai rempah-rempah lokal, seperti bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, daun salam, dan serai. Daging,daging ayam, juga sering ditambahkan untuk memberikan cita rasa yang lebih kaya dan pengolahannnya dengan masakan tradisional batak dan diolah mirip dengan masakan gulai atau kari.
Proses pembuatan pollong dimulai dengan memasak beras atau ketan bersama dengan santan kelapa hingga matang. Sementara itu, daging yang telah dipotong kecil-kecil ditumis bersama rempah-rempah hingga harum dan matang. Setelah itu, semua bahan dicampur menjadi satu dan dimasak kembali hingga semua bumbu meresap sempurna. Hasilnya adalah hidangan yang memiliki tekstur lembut dengan rasa gurih dan aroma rempah yang khas.
Nilai Budaya dan Tradisi
Pollong bukan sekadar makanan; ia memiliki nilai budaya yang mendalam bagi masyarakat Pakpak. Makanan ini sering dihidangkan dalam upacara adat, pernikahan, dan berbagai perayaan lainnya. Pollong juga menjadi simbol kerukunan dan kerja sama dalam masyarakat, karena proses pembuatannya yang sering melibatkan banyak orang.
Pada saat perayaan, pembuatan pollong biasanya dilakukan secara gotong royong oleh warga desa. Ini bukan hanya tentang memasak, tetapi juga tentang mempererat hubungan sosial dan memperkuat ikatan kebersamaan. Tradisi ini mencerminkan nilai-nilai solidaritas dan kebersamaan yang tinggi dalam masyarakat Pakpak.
Melestarikan Warisan Kuliner
Seiring dengan perkembangan zaman dan pengaruh budaya modern, keberadaan makanan tradisional seperti pollong menghadapi tantangan untuk tetap eksis. Namun, masyarakat Pakpak Dairi terus berupaya melestarikan warisan kuliner ini melalui berbagai cara, termasuk memperkenalkannya kepada generasi muda dan mempromosikannya kepada wisatawan yang berkunjung ke daerah mereka.
Beberapa upaya telah dilakukan, seperti mengadakan festival kuliner, lomba memasak makanan tradisional, dan memasukkan pollong dalam menu restoran lokal. Dengan cara ini, diharapkan pollong dapat terus dinikmati dan dikenal luas, bukan hanya oleh masyarakat Pakpak sendiri tetapi juga oleh masyarakat luar.
Penutup
Pollong adalah salah satu contoh nyata bagaimana kuliner dapat menjadi jembatan yang menghubungkan kita dengan sejarah dan budaya leluhur. Melalui setiap suapannya, kita tidak hanya menikmati cita rasa yang lezat tetapi juga merasakan kekayaan budaya dan tradisi masyarakat Pakpak Dairi. Melestarikan makanan tradisional seperti pollong berarti juga menjaga warisan budaya yang berharga bagi generasi mendatang.(*)
Penulis : Wilfrid Sinaga