Masa Orde Lama, Orde Baru, Reformasi, Revolusi Mental telah melewati masanya. Diamana masing masing masa telah meninggalkan nama dan kwalitas kepemimpinannya.
Tentu dalam penilaian objektif Pemimpin yang paling berkwalitas adalah masa kepemimpinan Orde Lama (Soekarno/Hatta) karena dimasa merekalah yang meletakan dasar/poundasi NKRI.
Kepemimpinan berikutnya menjadi kurang berkwalitas karena ada slogan yang mengatakan merebut lebih gampang daripada mempertahankan. 32 tahun masa kepemimpinan Soeharto melahirkan kepemimpinan yang otoriter dan menunjukkan wajah rejim yang mengekang demokrasi.
Ketidak puasan rakyat pada kepemimpinan Orde Baru memuncak pada masa Revormasi (yang seharusnya adalah revolusi). Namun sebelum masuk ke masa Revormasi ada satu kepemimpinanTransisi yaitu Bj Habibie. Ada masa ini wilayah NKRI berkurang karena Timor Timur terlepas menjadi Timor Leste.
Peralihan masa Orba ke masa Reformasi menjadi sedikit halus karena terlebih dahulu ada masa Transisi sehingga ada kesempatan untuk memperhalus Revolusi menjadi Reformasi.
Awal dari Masa Reformasi ditandai dengan lahirnya “Poros Tengah” yang mampu menyatukan dua kekuatan dengan munculnya Pemimpin Gus Dur dan Megawati. Pada kepemimpinan Gusdur telah melahirkan Tokoh Pluralisme sementara pada Kempimpinan Megawati kembali mengurangi wilayah NKRI denganlepasnya Sipadan dan Ligitan.
Kelemahan yang dimiliki Gus Dur dan Megawati menjadi keuntungan bagi Kepempimpinan berikutnya yaitu masa SBY yang membuka sistim demokrasi langsung namun belum berhasil menjawab tuntutan rakyat dalam menghiangkan Korupsi,Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Sepuluh tahun masa kepemimpinan SBY telah membuka pintu untuk lahirnya pemimpin yang dinanti nanti rakyat sejak awal reformasi yaitu pemimpin yang mampu meretas KKN denganlahirnya kepemimpinan Jokowi dengan mendeklarasikan Revolusi Mental.
Revolusi Mental yang meliputi Revolusi Ekonomi, Revolusi Budaya dan Revolusi Politik Hukum telah mencapi titik puncak setelah Pemilu 2024 berlangsung sukses yang akan melahirkan kepemimpinan baru yaitu Prabowo Gibran yang akan memimpin pada Era Transformasi. Era Transformasi menyangkut hilirisasi industri, transformasi digital, transisi menuju energi hijau, hingga pembangunan Ibu Kota Negara (IKN)).
Polemik yang terjadi saat memasuki Era Transformasi adalah persoalan Etika yang menjadi bahan perguncingan dan membuat situasi perpolitikan sedikit memanas.
Awal dari tersadarnya bahwa bangsa ini sedang mengalami degradasi etika dan moral adalah Keputusan Mahkamah Kode Etik Mahkamah Konstitusi (MKMK) yang menyatakan Hakim-hakim MK melakukan pelanggaranKode Etik dalam memutus Gugugatan Batas Usia Capres pada Undang undang Pemilu
Kemudian Putusan DKP KPU yang memutus Komisioner KPU melanggar Kode Etik saat menjalankan Tahapan Pemilu dengan mengikuti PutusanMK tanpa membuat peraturan KPU terlebih dahulu.
Kedua putusan itu seharusnya menyadarkan semua pihak bahwa sedang terjadi persoalan etika pada bangsa ini jadi tidak ada kesempatan bagi siapapun melempar tudingan kepada yang lain sebagai pelanggar etika. Karena sesungguhnya adalah persoalan masing masing pribadi dengan Tuhannya.
Tetapi mengapa muncul tudingan ada pihak pihak yang melanggar etika karena dalam negara Hukum Indonesia tidak memberikan hukuman yang setimpal kepada pelanggar hukum seperti halnya para koruptor.
Para koruptor yang hampir semua berpendidikan tinggi dan bahkan ada yang bergelar professor dan berpangkat jenderal, menyeri dan juga anggota DPR. Seperti konprensi pers Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Firli Bahuri mengungkapkan, 1.479 orang ditetapkan sebagai tersangka dan dibawa ke meja hijau oleh KPK sejak 2004 hingga November 2022.
Dari hasil tangkapan itu menunjukkan kesimpulan bahwa para pelaku tidak takut dengan hukuman dan tidak membuat efek jera.
Situasi inilah menuntut agar anak anak bangsa ini harus menaati hukum negara terutama para pelaku-pelaku koruptor sudah saat nya siap untuk tidak muncul ke ranah publik dalam rangka mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Melihat debat akhir Capres dan Cawapres 2024 hanya satu pasangan yang menyampaikan permintaan maaf pada rivalnya karena budaya minta maaf adalah ciri khas dan bangsa Indonesia.
Kembali kita ke topic kepemimpinan bangsa setelah Pilpres 2024 selesai dandalam hitungan cepat tercatat Pasangan Prabowo-Gibran unggul di atas 50 persen yang memberi sinyak bisa memenangkan Pilpres dalam satu putaran tapi itupun masih menunggu real count dari KPU.
Bila melihat visi misi yang disampaikan Pasangan Prabawo-Gibran yang menawarkan pandangan yang komprehensif untuk memajukan Indonesia ke arah yang lebih baik. Melalui fokus pada ideologi, keamanan, kemandirian, ekonomi, dan pembangunan manusia, mereka berupaya membentuk Indonesia yang lebih maju, adil, dan berdaya saing. Menunjukkan bahwa dalam kepemimpinan merekalah sebagai pemimpin Era Transformasi. Menuju Indonesia Emas 2045.(*)